Hingga akhirnya status mahasiswa kami dihilangkan dari dalam diri, kami pun tak sempat saling menjadi teman bercerita. Hingga aku memulai kembali hidup sebagai karyawan di sebuah perusahaan ternama, dan dia entah kemana tanpa bisa aku mengharap ataupun meminta kabar.
Bergesernya Titik Nol Garis Bilangan
Di saat aku berada dalam fase nyaman ku -fase terburuk dalam hidup ku menurutku- dengan tidak memikirkan apa-apa. Bak petir yang tak diawali gemuruh, membuat ku sangat terkejut dengan keadaan yang terjadi. Bagaimana tidak, dia tiba-tiba menghubungi ku dan meminta ku memasukkan dia ke perusahaan dimana aku bekerja sekarang.
Cerita, sejak kapan kau menyebalkan.
Yang membuat ku terkejut juga karena alasan nya meminta hal tersebut pada ku. Dia berkata bahwa sebenarnya dari dulu dia ingin menjadikan ku teman bercerita. Dia bahkan tak tahu bahwa semua yang aku lakukan dulu adalah isyarat bahwa aku juga inginkan dia jadi teman bercerita ku.
Cerita, kau sangat menyebalkan.
Dia bercerita, bahwa setelah resign dari perusahaan dimana dia bekerja sebelumnya, cerita telah memberinya perusahaan yang ingin menempatkan dia di posisi dengan penghasilan yang menjanjikan jika dia mau bekerja di sana. Namun dia memilih untuk meminta ku memasukkan dia ke sini, karena ada aku.
Cerita, sekali lagi kau sangat menyebalkan.
Dia berkata, jika dia bekerja dengan teman bercerita yang baik, yang dia ingin, di perusahaan mana pun, pekerjaan seberat apa pun akan dapat dilalui.
Cerita, kenapa baru sekarang?
Di hari pertama dia bekerja, aku dengan sadar berkata pada dia bahwa aku tak begitu berharap dia akan menetap di perusahaan ini bersama ku, menjadi teman bercerita ku selamanya. Karena aku sebenarnya tak tahu apakah dia bisa setidaknya menjadi karyawan tetap di sini.
Mungkin aku . . . (Lanjut Bagian 4)
Komentar
Posting Komentar