Sebelumnya (Curhat seorang Pria | Bagian 1)
Apabila Si maskulin ditanya bagaimana jika curhat nya si maskulin adalah lazim, maka seharusnya akan muncul beberapa jawaban. Ada yang memang sebenarnya ingin curhat, ada yang 'bodo amat', dan ada pula yang memang tidak ingin curhat.
Jika pertanyaan tersebut ditanyakan kepadaku saat ini, aku akan menjawab dengan lugas bahwa kelaziman curhat nya si maskulin adalah mengganggu. Untuk saat ini. Karena begitulah sekarang adanya diri ku.
Aku tak begitu suka untuk menceritakan sesuatu yang sensitif menurut ku kepada orang lain. Aku terbiasa memikirkannya sendiri di tengah keramaian jalanan kota di atas motor ku. Memikirkan langkah-langkah yang akan aku jalani ataupun memikirkan solusi-solusi dari semua kemelut hidup ini.
Mungkin akan banyak yang menghardik pikiran ku tersebut dengan berkata "itu karena kamu introvert aja" atau "itu karena kamu jarang bersosialisasi aja". Aku yakini bahwa yang berkata adalah si feminim.
Hei si feminim, kalian harus tau bahwa hampir semua maskulin akan berusaha (sok) kuat menjalani atau menghadapi semua yang ada di depannya. Kita (si maskulin) akan sangat merasa rendah jika 'itu aja' tidak bisa dihadapi sendiri. Ya, kami merasa kami lebih tinggi, lebih kuat, lebih handal dalam menghadapi sesuatu terlebih masalah, dibanding kalian si feminim.
Bagaimana mungkin klaim diri atas sesuatu dipatahkan sendiri pula, begitu hina nya diri. Bagi ku, si maskulin yang 'curhat' hanya menodai 'maskulin' nya, menghina klaimnya sendiri. Atau mungkin, sejak awal ia telah abai atas klaim semu yang ada itu. Entah lah, hanya ia dan penciptanya yang tau.
Terakhir, (ga tau bakal ada Bagian 3 atau engga) jangan paksa si maskulin merendahkan harga dirinya sendiri dengan mengikuti lumrahnya si feminim. Lumrah mu belum tentu lumrah orang lain.
Sepertinya bakal ada Bagian 3. Jangan ditunggu. Ngalir aja 🙂
Komentar
Posting Komentar