23 tahun aku hidup, baru aku rasakan bahwa aku kurang (bahkan hampir tidak ada) tempat untuk bersandar sambil sedikit menguras air di kelenjar mata ini, atau untuk sekedar berbagi kata.
Mungkin ada, tapi aku belum siap berbagi luka padanya.
Hari ini mungkin puncak tertinggi (untuk saat ini) kekecewaanku pada orang yang aku sayang. Saat dimana aku sangat ingin mengungkapkan semua perasaan yang selama ini aku pendam.
Dan yang menyedihkannya, saat itu aku hanya bisa membayangkan ada satu sosok yang bisa aku peluk untuk meluapkan semua yang ingin aku keluarkan. Membayangkan, ya, aku hanya bisa membayangkannya.
Karena aku tau, jika ku ungkapkan perasaan itu, hanya akan menyakitinya. Bahkan aku terpikir betapa beruntungnya orang yang disayang oleh orang lain, bisa terjaga walau menyakiti orang lain tersebut.
Begitu buruknya pemikiran aku saat itu. Aku sadar, tentu ia juga sayang padaku, mungkin karena sudut arah yang berbeda membuat pandangan yang terlihat berbeda pula tiap orang.
Sekarang, bagaimana membuat sudut arah itu sama, aku, atau ia, yang mengikuti.
Komentar
Posting Komentar