Wanita itu bagai narkotika.
Hampir semua movie yang aku tonton dengan sub-genre pencurian, pencurian yang mustahil untuk dilakukan oleh karena subjek curian sangat terlindungi oleh sistem keamanan 'di luar nalar cuy', kesuksesan pencurian selalu dikaitkan dengan wanita. Contoh saja salah satu series movie Fast & Furious (aku saranin kamu tonton semua series dari movie tersebut 🙂).
Semua dengan pola yang sama. Keamanan super ketat dan canggih, pemilik subjek curian tergoda dengan wanita salah seorang pencuri, dan pencurian berhasil. Begitu hampir di semua movie (yang aku tonton).
Dari case tersebut di atas bisa kita tarik sebuah kesimpulan (sepihak), bahwa semua director atau sutradara movie tersebut paham betul bahwa wanita adalah racun paling ampuh untuk melumpuhkan pria.
Ia bagai narkotika, merusak tubuh, membuat candu, dan membutakan logika. Yang membedakan hanya bila narkotika merusak diri sendiri, wanita merusak orang lain, merusak pria.
Wanita itu bagai narkotika bagi pria. Wanita itu racun bagi pria, bagi pria yang tidak ingin menundukkan pandangannya. Aku sebut 'tidak ingin' karena segala dalam hidup kita adalah pilihan, bahkan tunduk pada yang maha kuasa juga sebuah pilihan, kan?
Wanita itu bagai narkotika bagi pria. Wanita itu racun bagi pria, bagi pria yang menjadikan dunia sebagai orientasi berpikir, ia akan mendapatkan bidadari dunia sekaligus racun dunia.
Wanita bisa memilih untuk menjadi narkotika, atau tidak.
Pria bisa memilih menjadi pengguna, atau tidak.
Hidup itu pilihan. "Aku tak punya pilihan lain" hanya keluar dari mulut manusia yang tidak hidup dalam kehidupan.
Semangat aku 🙃
Komentar
Posting Komentar